Rabu, 05 Februari 2014

Salam Jumpa Sobat Great Think,,!!!
Semoga ketika Anda membaca Artikel ini, Anda dalam keadaan yang sangat Mulia besar, Berfikir Hebat dan Tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Melapangkan. Aamiinn,,

Sobat, setiap jiwa dari masing-masing manusia tentu mempunyai hasrat yang mendalam untuk dapat sukses dalam segala hal, terutama dalam hal yang membahagiakan.

Yang menarik adalah bahwa kebahagiaan setiap manusia itu berbeda-beda. Ada yang berbahagia ketika mendapat Gaji Pertama saat ia bekerja. Ada yang bahagia ketika ia berdiam diri di tepi pantai menikmati hamparan air yang begitu nyaman dan dihempas angin yang membuat kita bisa merasakan bahwa diri kita itu memang Ada dimuka bumi ini. Lain lagi dengan orang yang mempunyai kebahagiaan ketika ia naik gunung  kemudian sampai kepuncaknya, dan Amat sangat puas serta sangaat terkagum dan tidak percaya betapa Tuhan Menciptakan Semua Keindahan Alam ini. Kebahagiaan lainnya adalah saat berdiam diri, menyendiri dalam kesunyian, memohon ampun kepada-Nya dan hanya kepada Tuhanlah ia berserah diri. Dan masih banyak lagi kebahagiaan lain yang bisa Anda rasakan. Namun pertanyaannya, maksimalkah peran kita? Lantas mengapa kita nampak sangat begitu Gelisah?

Sebetulnya, semuanya kembali kepada diri Anda. Kegelisahan timbul karena tidak pastinya tujuan yang ingin Anda capai. Contoh, ketika Anda bekerja, Anda tidak nyaman dengan pekerjaan atau lingkungan Anda bekerja. Hal ini akan berbanding terbalik apabila kita mulai berfikir berbeda. Pikirkanlah hal-hal yang menyenangkan, yang merupakan alasan mengapa Anda harus berbahagia dalam melakukan pekerjaan ini? Bisa jadi jawabannya adalah, Anda berkerja untuk Orang tua/Anak, Anda bekerja untuk belajar, Anda bekerja untuk memperbanyak keahlian, Anda bekerja untuk belajar dari atasan, Anda bekerja untuk biaya pernikahan, dan alasan-alasan lain yang dapat menyemangati Anda dalam bekerja.

Dan satu hal yang utamanya adalah Anda harus memahami PERAN Anda. Bisa jadi dilingkungan masyarakat atau disuatu kelompok, Anda adalah orang yang sangat dihormati. Namun Anda harus paham, tidak hanya karena satu perspektif yang menganggap Anda adalah orang terhormat, maka Anda menempatkan atau memainkan peran Anda dengan Peran yang sama. Tentu Tidak. Anda memang pintar dan kepintaran Anda diakui oleh beberapa kelompok/masyarakat. Namun lagi-lagi harus Anda ingat, bahwa kita harus memahami Asas Objektifitas dan Asas Subjektifitas. Kita harus memberikan tindakan yang kongkrit, nyata dan berefek terhadap lingkungan, baru kemudian setelah itu Anda akan bisa menangkap hal-hal positif yang diberikan masyarakat kepada Anda.

Tapi itu saja tidak cukup. Loh, mengapa? Ya, kita terlalu sibuk dengan peran-peran manusiawi yang menuntut kita diberikan peran oleh orang lain dengan peran yang Terhormat, Bijak, Pintar, Cerdas, Kaya, Sukses, dan Persepsi-persepsi Kefanaan lainnya. Kadang kita lupa bahwa sesungguhnya hanya Peran Khalifahlah yang kita emban. Peran manusia yang menjadi pemimpin di bumi ini. Peran yang tidak membutuhkan penilaian dari makhluk sejenis. Peran yang tidak memainkan kepalsuan-kepalsuan dalam bertindak, hanya untuk sebuah pujian. Peran yang dengan bangganya menyombongkan diri dalam kebodohan, Dan bukan juga peran yang membuat kita menjadi orang lain. Apakah ini yang kita cari? Tentu bukan.

Sobatku, Maka dari itu marilah kita kembali kepada peran kita yang sesungguhnya. Maksimalkanlah peran kita sebagai Hamba yang diwajibkan untuk bersujud kepada-Nya. Maksimalkanlah peran kita untuk bertindak, hanya karena mengharap kesenangan Tuhan. Maksimalkanlah peran kita untuk menjadi jiwa kesayangan Tuhan yang apabila kita dekat kepada-nya dan memaksimalkan peran yang Tuhan berikan, maka kita akan menjadi jiwa kecintaan Tuhan. Karena Sudah sewajarnya kita mulai "tidak peduli" atas keadaan susah / senang, Karena kita tidak tahu manakah diantara keduanya itu yang lebih baik bagi kita. Wallahua'lam,,
^.^

-Great Think-

0 komentar:

Posting Komentar