Selasa, 25 November 2014

Negara Indonesia adalah Negara yang berdaulat, dan Kedaulatan tertinggi yaitu pada Kedaulatan Rakyat. Namun yang menjadi pertanyaan mendasar adalah kedaulatan rakyat sejenis apakah yang harus dibentuk? Apakah kedaulatan rakyat mampu menjadi dokter bagi demokrasi di negeri ini yang sedang sakit? Apakah kedaulatan rakyat itu sendiri hadir secara taken for granted tanpa kemudian diperjuangkan? Apakah kedaulatan rakyat menjadi kekuatan besar pembangun bangsa ketika tidak ada yang mengawalnya? Apakah kedaulatan rakyat mampu hidup apabila tidak ada yang menghidupkan? Apakah kedaulatan rakyat selanjutnya mampu menyatukan seluruh anak bangsa yang sedang berkonflik tatkala tidak ada yang memandunya? Entahlah , apadaya kita hanya masyarakat Biasa. Biasa ditindas, biasa diperlakukan tidak adil, biasa dikorbankan demi kepentingan suatu golongan, biasa dianaktirikan, biasa digunakan sebagai umpan investor asing, biasa disuruh, biasa disebut demi kepentingan rakyat namun rakyat tidak terpentingkan, biasa diambil suaranya namun suara rakyat tidak didengarkan. Lagi-lagi, Inilah Ironi Negeri Tanpa Keadilan! Memang benar secara konseptual apa yang dikatakan Rousseau bahwa kedaulatan itu merupakan representasi kehendak publik dari suatu bangsa merdeka yang mengadakan perjanjian masyarakat (social contract). Johanes Althuisiss juga menyatakan bahwa setiap susunan pergaulan hidup manusia yang berasal-muasal dari perjanjian masyarakat harus patuh kepada kekuasaan dan pemegang kekuasaan itu dipilih oleh rakyat. Mengutip John Locke, ia juga menyebutkan bahwa kekuasaan negara berasal dari rakyat, bukan dari raja. Oleh karenanya, perjanjian masyarakat selanjutnya menghasilkan penyerahan hak-hak rakyat kepada pemerintah dan pemerintah mengembalikan hak dan kewajiban azasi kepada rakyat melalui peraturan perundang-undangan. Persoalannya adalah tiga pemikir tersebut masih berada dalam tataran konsep dan tidak mudah diimplimentasikan. Oleh sebab itu, kedaulatan rakyat sesungguhnya masih sebatas sebuah konsep abstrak dan akan menjadi konkret ketika ada yang melakukan konkretisasi dalam segala bentuk aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika hal tersebut dijalinkelindankan dengan kondisi parlemen yang sedang mengalami karut marut dalam berperilaku dan bertindak, selalu mempertontonkan arogansi politik golongan, dan kerap melakukan drama-drama politik yang membosankan dan memalukan di hadapan rakyatnya. Harapannya adalah marilah untuk menyatukan semangat menuju Indonesia yang maju serta meraih Indonesia yang berdaulat. Bagaimana republik ini akan bisa berdaulat, sementara para pemimpinnya terus menerus bertengkar hanya mengenai kue-kue kursi dan kekuasaan. Sampai kapanpun, kita dan negeri ini tidak akan pernah berdaulat. Oleh karenanya, sesungguhnya yang menjadi dokter ampuh untuk mengembalikan kedaulatan rakyat adalah kita sendiri dan mereka yang mendapatkan kekuasaan dalam menjalankan amanat rakyat. Semoga kita dan mereka mampu menyadari identitas dirinya sebagai manusia Indonesia: manusia Indonesia yang sadar terhadap setiap tanggung jawabnya dengan hati dan pikiran bersih serta jernih. Pasalnya, yang dapat membuka mata hati setiap manusia adalah ketika jiwa mereka disinari oleh hati dan pikiran bersih serta jernih. Kejernihan dan kebersihan hati serta pikiran akan menjadi realitas tatkala semuanya bekerja dengan dan atas nama hati, panggilan jiwa, semangat yang tulus dan ikhlas. Semoga...

Senin, 10 Februari 2014

(Cerpen)
Langkah tegapnya membuat hati ini bergetar saat ia membukakan pintu di tengah larutnya malam. Ia diam, padahal kita tahu bahwa dalam diamnya tersebut ia banyak berkata mengenai betapa sayangnya ia pada anaknya. Pertanyaan "Dari Mana?" adalah satu kata pertama yang ia ucapkan yang bermakna kekhawatiran. Setelah beberapa saat, ia pun bergegas ke kamarnya. Rupa-rupanya keterjagaannya hanyalah untuk menunggu anaknya tiba dirumah.

Ketika pagi menjelang, ia sudah bersila diatas sajadah, memegang tasbih hitam bertuliskan nama-nama baik Tuhan yang berjumlah 99. Nampak khusyuk rupanya, sehingga tiadalah ia merasakan gangguan dari luar dirinya.

Rabu, 05 Februari 2014

Salam Jumpa Sobat Great Think,,!!!
Semoga ketika Anda membaca Artikel ini, Anda dalam keadaan yang sangat Mulia besar, Berfikir Hebat dan Tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Melapangkan. Aamiinn,,

Sobat, setiap jiwa dari masing-masing manusia tentu mempunyai hasrat yang mendalam untuk dapat sukses dalam segala hal, terutama dalam hal yang membahagiakan.

Yang menarik adalah bahwa kebahagiaan setiap manusia itu berbeda-beda. Ada yang berbahagia ketika mendapat Gaji Pertama saat ia bekerja. Ada yang bahagia ketika ia berdiam diri di tepi pantai menikmati hamparan air yang begitu nyaman dan dihempas angin yang membuat kita bisa merasakan bahwa diri kita itu memang Ada dimuka bumi ini. Lain lagi dengan orang yang mempunyai kebahagiaan ketika ia naik gunung  kemudian sampai kepuncaknya, dan Amat sangat puas serta sangaat terkagum dan tidak percaya betapa Tuhan Menciptakan Semua Keindahan Alam ini. Kebahagiaan lainnya adalah saat berdiam diri, menyendiri dalam kesunyian, memohon ampun kepada-Nya dan hanya kepada Tuhanlah ia berserah diri. Dan masih banyak lagi kebahagiaan lain yang bisa Anda rasakan. Namun pertanyaannya, maksimalkah peran kita? Lantas mengapa kita nampak sangat begitu Gelisah?

Sebetulnya, semuanya kembali kepada diri Anda. Kegelisahan timbul karena tidak pastinya tujuan yang ingin Anda capai.